Serambipesantren - Malang, Bantur, 01 Oktober 2025 – Sebuah langkah besar kembali lahir dari tanah Bantur. Pesantren Tani Indonesia yang dipimpin langsung oleh Gus Usman,hari ini menjadi saksi pertemuan bersejarah antara petani, pemerintah, dan pesantren. Berlokasi di Aula Pesantren Tani Indonesia, RT 16 RW 04 Desa Bantur, Kecamatan Bantur, puluhan pasang mata hadir dengan satu tujuan: menguatkan tekad menuju swasembada gula nasional.
Pertemuan ini tidak hanya dihadiri oleh para petani setempat, tetapi juga melibatkan tokoh penting yang menjadi jembatan kebijakan dengan masyarakat. Hadir Imam Syafi sebagai perwakilan Kemitraan Kementerian Pertanian, Ir. Sutrisno, Kepala BPP Bantur beserta stafnya, serta perwakilan ketua kelompok tani dari berbagai desa se-Kecamatan Bantur. Semua bersatu dalam satu ruangan dengan semangat yang sama: membangun kemandirian pangan bangsa.
Fokus utama pertemuan ini adalah memberikan dukungan penuh kepada petani tebu dalam program penanaman yang selaras dengan target pemerintah. Indonesia menargetkan swasembada gula—dan langkah pertama dimulai dari para petani desa.
Program ini hadir bukan hanya sekadar wacana. Para petani akan mendapatkan fasilitasi bibit tebu sebanyak 7–8 ton per hektare, serta bantuan pendanaan biaya bongkar atun senilai Rp4 juta per hektare. Artinya, petani tidak lagi berjalan sendiri. Mereka memiliki pondasi yang kokoh untuk memulai langkah menuju hasil panen yang berlimpah.
Indonesia selama bertahun-tahun masih bergantung pada impor gula. Padahal, tanah negeri ini begitu subur dan petani memiliki tekad yang kuat. Melalui program ini, diharapkan petani Bantur bukan hanya menanam, tapi juga menjadi bagian dari sejarah besar: lahirnya kemandirian pangan nasional.
Bukan hanya di Bantur, bukan hanya di Malang. Program ini akan menjadi gelombang perubahan yang menyebar ke seluruh penjuru nusantara. Jika petani Bantur mampu menunjukkan hasil yang gemilang, maka model ini akan direplikasi di daerah lain. Dan di sanalah Indonesia akan benar-benar berdiri tegak sebagai bangsa yang mandiri dalam gula.
Gus Usman menegaskan, Pesantren Tani Indonesia berkomitmen penuh untuk menjadi jembatan antara program pemerintah dengan masyarakat. Bukan hanya menyalurkan bantuan, tetapi juga menghadirkan nilai: pesantren berdaya, masyarakat sejahtera.
Inilah saatnya petani tidak hanya dipandang sebagai pelengkap, melainkan sebagai pahlawan pangan bangsa. Dengan tekad bersama, petani Bantur akan membuktikan bahwa dari desa kecil, bisa lahir perubahan besar bagi negeri.
Mari bergabung, mari menanam, mari menjadi bagian dari sejarah. Karena setiap batang tebu yang tumbuh bukan hanya untuk gula, tapi untuk anak-anak bangsa yang kelak tersenyum menikmati hasil keringat para petani hari ini.
Komentar0